Penulis: Bimo Kresnomurti
KONTAN.CO.ID - Peringatan 76 Tahun Konferensi Meja Bundar (KMB) 23 Agustus 1949 menjadi momen bersejarah dalam perjalanan diplomasi Indonesia. Perundingan ini lahir dari tekanan internasional dan desakan rakyat agar Belanda segera mengakhiri agresinya serta mengakui kedaulatan Indonesia secara penuh.
Konferensi ini melibatkan Republik Indonesia, Belanda, perwakilan negara-negara federal buatan Belanda, dan dimediasi oleh Komisi PBB untuk Indonesia (UNCI).
KMB menjadi titik balik penting yang akhirnya mengantarkan Indonesia menuju pengakuan kedaulatan pada akhir tahun 1949.
Lalu, seperti apa jalannya KMB, peserta, dan hasilnya? Simak informasi selengkapnya.
Baca Juga: HUT ke-80 RI, Nelayan Tradisional Desak Negara Hadir Hadapi Krisis Iklim
Apa itu Konferensi Meja Bundar?
Konferensi Meja Bundar (KMB) adalah perundingan antara Indonesia, Belanda, dan perwakilan Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO) yang mewakili negara-negara federal bentukan Belanda di Indonesia.
Perundingan ini berlangsung dari 23 Agustus – 2 November 1949 di Den Haag, Belanda.
Tujuannya adalah untuk menyelesaikan konflik antara Indonesia dan Belanda setelah Agresi Militer Belanda II (Desember 1948) dan desakan dunia internasional agar Belanda segera mengakui kedaulatan Indonesia.
Baca Juga: Sejarah PPKI yang Dibentuk 7 Agustus 1945, Tujuan, Anggota, dan Sidang Penting
Latar Belakang
Melansir dari Modul Sejarah KD 1 Kemdikbud, latar belakang lahirnya Konferensi Meja Bundar (KMB) tidak bisa dilepaskan dari situasi pasca Agresi Militer Belanda II tahun 1948 yang menyebabkan Yogyakarta sebagai ibu kota Republik Indonesia saat itu jatuh ke tangan Belanda.
Serangan ini memicu kecaman keras dari dunia internasional sehingga Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi yang mendesak Belanda menghentikan agresinya serta mengembalikan pemerintahan Indonesia. Tekanan juga datang dari Komisi PBB untuk Indonesia (UNCI) yang terus mendorong tercapainya penyelesaian damai.
Selain itu, kegagalan beberapa perundingan sebelumnya seperti Linggarjati dan Renville menunjukkan perlunya perundingan baru yang lebih final.
Di sisi lain, muncul pula desakan politik dari dalam negeri Belanda sendiri agar konflik segera diakhiri karena biaya perang yang sangat besar dan membebani keuangan negara mereka.
Baca Juga: Daftar Tanggal Merah dan Hari Besar September 2025: Ada Long Weekend
Peserta KMB
Nah, KMB terdiri dari beberapa delegasi termasuk organisasi sebagai mediator.
- Delegasi Republik Indonesia dipimpin oleh Drs. Mohammad Hatta.
- Delegasi BFO (Bijeenkomst voor Federaal Overleg) atau perwakilan negara-negara federal bentukan Belanda, dipimpin oleh Sultan Hamid II dari Pontianak.
- Delegasi Belanda dipimpin oleh Van Maarseveen.
- United Nations Commission for Indonesia (UNCI) bertindak sebagai mediator internasional.
Hasil KMB
Nah, untuk hasil KMB memiliki beberapa poin penting yang berkaitan dengan kedaulatan RI.
- Belanda bersedia mengakui kedaulatan Indonesia selambat-lambatnya 27 Desember 1949 kepada Republik Indonesia Serikat (RIS).
- Bentuk negara yang disepakati adalah Republik Indonesia Serikat (RIS), terdiri dari Republik Indonesia (Yogyakarta) dan negara-negara bagian buatan Belanda.
- Belanda dan Indonesia sepakat membentuk Uni Indonesia–Belanda, dipimpin Ratu Belanda sebagai simbol persatuan.
- Masalah Irian Barat (Papua Barat) ditunda penyelesaiannya setahun kemudian.
- Republik Indonesia Serikat harus menanggung sebagian utang Hindia Belanda sebesar ±4,3 miliar gulden.
- Tentara Belanda akan ditarik mundur dari wilayah Indonesia, sementara KNIL dibubarkan dan sebagian personelnya masuk ke TNI.
Demikian informasi menarik terkait Peringatan 76 Tahun Konferensi Meja Bundar (KMB) yang dimulai pada 23 Agustus 1949.
Tonton: Harga Emas Antam Hari ini Naik Tipis (22 Agustus 2025)
Selanjutnya: Kode Redeem ZZZ Agustus 2025: Daftar yang Aktif dan Cara Menggunakannya
Menarik Dibaca: Simak Ramalan Zodiak Keuangan & Karier Besok Sabtu 23 Agustus 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News