Reporter: Hasbi Maulana | Editor: Hasbi Maulana
KONTAN.CO.ID - Jakarta – Langit bulan Desember kembali menyajikan penutup tahun yang spektakuler bagi para pecinta astronomi. Hujan meteor Geminid, yang kerap dijuluki sebagai "rajanya" hujan meteor, diprediksi mencapai puncaknya pada malam Sabtu, 13 Desember hingga dini hari Minggu, 14 Desember 2025.
Analisis terbaru dari Big Think (3/12) menyebut Geminid 2025 berpotensi menjadi 'hujan meteor terbaik tahun ini', dengan prediksi intensitas hingga 150 meteor per jam berkat jalur puing yang semakin padat dan dukungan langit gelap tanpa bulan di awal malam
Berbeda dengan fenomena langit lainnya yang seringkali butuh alat bantu, Geminid menawarkan kemewahan visual yang bisa dinikmati dengan mata telanjang. Namun, bagi pengamat di Indonesia, pertunjukan alam ini datang dengan satu tantangan besar: cuaca.
Baca Juga: Inilah Fenomena Astronomi Desember 2025: Super Cold Moon & Hujan Meteor
Mengapa Geminid Istimewa? Jika hujan meteor umumnya berasal dari remah-remah komet yang berupa es dan debu, Geminid punya asal-usul yang "lebih berat". Ia berasal dari serpihan Asteroid 3200 Phaethon.
Karena material induknya berupa batuan, meteor yang terbakar saat menembus atmosfer Bumi cenderung lebih terang, tahan lama, dan berwarna-warni. Tahun ini, dalam kondisi langit ideal (gelap total tanpa polusi cahaya), intensitasnya diprediksi bisa mencapai 120 meteor per jam (ZHR). Angka yang fantastis. 
Peluang di Tengah Mendung Desember
Tentu saja, angka 120 meteor per jam adalah skenario di atas kertas. Realita di lapangan—khususnya di kota-kota besar Indonesia—bisa jauh berbeda.
Faktor pertama adalah polusi cahaya. Di wilayah Jabodetabek, melihat 5 sampai 10 meteor per jam saja sudah bisa dibilang keberuntungan besar.
Faktor kedua, dan yang paling krusial, adalah musim hujan. Bulan Desember 2025 tercatat sebagai periode basah di sebagian besar wilayah Jawa dan Sumatera. Awan tebal jelas akan menjadi "tirai penutup" pertunjukan ini.
Baca Juga: Cold Moon di Tahun 2025 Bertepatan dengan Supermoon, ini Penjelasan dan Dampaknya
Meski begitu, bukan berarti harapan pupus total. Celah langit cerah (clear sky) seringkali muncul pasca-hujan di waktu dini hari. Inilah momen yang harus dimanfaatkan.
Strategi Pengamatan: Waktu & Arah
Bagi Anda yang berniat "berburu" meteor akhir pekan depan, strategi waktu adalah kuncinya. Tahun ini, pengamat sedikit diuntungkan dengan fase Bulan Sabit Tua (Waning Crescent) yang baru terbit sekitar pukul 01.30 WIB dini hari.
Artinya, ada jendela waktu gelap yang cukup panjang sebelum cahaya bulan mulai mengganggu.
Baca Juga: Jadwal Fase Bulan Desember 2025: Ada Cold Moon, ini Penjelasannya 
Berikut ringkasan data teknis untuk pengamatan tanggal 13-14 Desember 2025 nanti:
| Parameter | Keterangan Teknis (2025) |
|---|---|
| Waktu Terbaik (Golden Time) | Pukul 22.00 - 01.00 WIB (Langit gelap sebelum Bulan terbit) |
| Arah Pandang | Timur Laut (Rasi Gemini), namun meteor akan muncul dari segala arah. |
| Alat Bantu | Tidak Perlu. Teleskop justru mempersempit pandangan. |
| Tips Lokasi | Cari area lapang yang minim lampu jalan (Pantai, Pegunungan, atau atap gedung). |
Kesimpulan bagi Pengamat Tidak perlu peralatan mahal untuk menikmati Geminid. Cukup siapkan alas duduk yang nyaman, jaket tebal, dan tentu saja, sedikit kesabaran ekstra menghadapi dinamika cuaca tropis.
Jika langit mendung total pada tanggal 13 malam, tidak perlu memaksakan diri. Namun jika bintang-bintang terlihat berkelip, itu adalah sinyal alam semesta mengundang Anda untuk mendongak sejenak.
Selanjutnya: Daya Intiguna Yasa (MDIY) Genjot Penjualan di Akhir Tahun
Menarik Dibaca: Tinggal 2 Hari! Promo Mako Bakery Cake Festival Serba Hemat, Mini Cake Cuma Rp 99K
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













